REDELONG – Meski Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf telah berupaya melakukan pemberantasan penebangan liar di seluruh kawasan hutan di Aceh, namun aksi pembalakan liar itu masih terus terjadi. Di Kabupaten Bener Meriah, ratusan hektare hutan di kawasan Pancar Jelobok, Kecamatan Pintu Rime Gayo, dirambah, hingga menyebabkan hutan gundul.
Pembalakan liar yang disinyalir dilakukan para pengusaha dari kabupaten tetangga itu, telah merusak ratusan hektare hutan perawan Bener Meriah. Tak tanggung-tanggung, pelaku perusak hutan itu, mengerahkan sejumlah alat berat, sehingga dalam waktu beberapa bulan saja, ratusan hektare hutan di kawasan itu dibabat habis.
REDELONG – Meski Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf telah berupaya melakukan pemberantasan penebangan liar di seluruh kawasan hutan di Aceh, namun aksi pembalakan liar itu masih terus terjadi. Di Kabupaten Bener Meriah, ratusan hektare hutan di kawasan Pancar Jelobok, Kecamatan Pintu Rime Gayo, dirambah, hingga menyebabkan hutan gundul.
Pembalakan liar yang disinyalir dilakukan para pengusaha dari kabupaten tetangga itu, telah merusak ratusan hektare hutan perawan Bener Meriah. Tak tanggung-tanggung, pelaku perusak hutan itu, mengerahkan sejumlah alat berat, sehingga dalam waktu beberapa bulan saja, ratusan hektare hutan di kawasan itu dibabat habis.
Di lokasi itu juga, terlihat banyak tumpukan kayu yang telah diolah oleh pelaku perambah hutan. Saat Serambi melihat hutan Pancar Jelobok, Kamis (14/1) siang menyaksikan kawasan hutan yang kondisinya sangat memperihatinkan itu, masih terdengar suara mesin chainsaw yang sedang beroperasi melakukan pengolahan dan penebangan kayu yang bersatatus sebagai kawasan hutan.
Keberangkatan sejumlah wartawan bersama Kepala Kampung Pancar Jelobok, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Sumardi, serta para tokoh masyarakat ke lokasi penebangan liar itu untuk melihat aksi perambahan hutan daerah perbatasan itu. Aparat Kampung Pancar Jelobok tidak dapat berbuat banyak, mreka hanya melihat kondisi kawasan hutan yang telah rata dengan tanah. Bila hal ini terus dibiarkan, maka dipastikan semua hutan daerah itu akan ludes.
Selain melakukan penebangan liar, pelaku peramabah itu juga mencaplok ratusan hektare areal perkebunan masyarakat Pancar Jelobok, Kecamatan Pintu Rime Gayo. Lahan tersebut ditinggalkan masyarakat setempat, karena konflik yang melanda daerah itu. Namun, setelah kondisi keamanan di Aceh kondusif, lahan yang mereka garap itu berpindah tangan ke pengusaha besar yang diyakini milik para pejabat.
Bahkan, banyak pemilik yang menggarap lahan perkebunan di daerah itu, terpaksa mencari kehidupan di Kota Takengon, Aceh Tengah, karena lahan perkebunan telah diambil pengusaha lain. Terlebih para pengusaha yang kebal hukum dengan sesuka hatinya mencaplok harta rakyat miskin yang sebelumnya telah ditanami berbagai komoditas pertanian.
Keluhan masyarakat Pancar Jelobok, terkait dengan banyaknya kawasan hutan di daerah itu yang telah dicaplok dan dirambah pengusaha dari Kabupaten Bireuen, seharusnya menjadi bahan pertimbangan kalangan pemerintah, baik Pemkab maupun Pemerintah Aceh. Begitu juga permintaan masyarakat kalangan bawah itu, sudah sepantasnya dicari solusinya. “Ratusan hektare hutan kawasan Bener Meriah telah habis ditebangi dan lahan perkebunan masyarakat juga ikut dicaplok,” kata Kepala Kampung, Pancar Jelobok, Sumardi kepada Serambi, Kamis (14/1).
Hutan produksi
Bupati Bener Meriah, Ir Tagore Abubakar mengatakan, hutan yang telah ditebangi itu merupakan kawasan hutan produksi dan masuk wilayah Bener Meriah. Sedangkan, terkait dengan penebangan liar itu, ia mengaku telah beberapa kali melakukan operasi penertiban, namun perambahan hutan masih terus terjadi.
Di sisi lain, Ir Tagore mengatakan, untuk menjaga perdamaian di Aceh, maka sangat dibutuhkan keadilan dan tidak berbau diskriminasi. Bila hal itu masih ada, maka perdamaian belum abadi di ‘Serambi Mekkah’ ini. “Untuk menjadi perdamaian agar tetap langgeng, maka jangan ada tindakan diskriminasi,” harap Tagore.
dikutip dari www.serambinews.com Sun, 17 Jan 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar